Minggu, 01 Januari 2012

Bioinformatic of Aquaculture (Tugas UAS)

Hello sobat...

kembali lagi dengan catatan Rhesi..
Kali ini,, akan kita pelajari bersama2 nih..
Tentang Bioinformatic of Aquaculture....
Kita baca dulu yukk jurnalnyaa..
Eitzzz... dalam bahasa inggris lho...hhehhee

Baca Disini

Berikut ringkasan Bioinformatic of Aquaculture
bioinformatic merupakan salah satu perkembangan dari teknologi modern, yaitu kombinasi antara teknologi komputasi dan informasi-informasi genetik. Dalam hal ini, bioinformasi berperan dalam memberikan data sekunsing molekul DNA yang nantinya akan digunakan oleh para peneliti yakni dengan menggunakan analisis BLAST yang dihubungkan langsung pada bank gen dunia.

Akhir-akhir ini banyak masalah yang menyerang di dunia Budidaya Perairan. Banyak penyakit yang menyerang berbagai kultivan dari Buddaya. Banyak penggunaan probiotik yang sudah membudidaya jaman sekarang ini. Dugaan sementara adalah probitik ini mengandung mikroorganisme yang membahayakan. Kelompok bakteri utama diuji sebagai bakteri probiotik
dalam budaya udang, kepiting, tiram, ikan dan manusia Vibrio, Pseudomonas, Bacillus, Bifidobacteria
dan beberapa Lactobacillus. Percobaan terutama telah dilakukan dengan larva ikan, ikan dewasa, krustasea dan hewan di mana penurunan yang signifikan dalam mortalitas telah diperoleh.
            Penggunaan probiotik sangat bermanfaat bagi organisme, terutama di bidang pakan untuk perikanan. Probiotik yang digunakan harus sesuai takaran menurut kesehatan. Kandungan dalam probiotik ini harus sesuai dengan kemampuan usus untuk mencernanya. Sehingga tidak akan membahayakan bagi kehidupan suatu organisme. Disamping itu probiotik bermanfaat juga untuk mengontrol kualitas air yang ada di perairan. . Di beberapa
penelitian, kualitas air ditingkatkan telah direkam selama penambahan probiotik terutama dengan Bacillus sp. (Verschuere et al, 2000). Alasannya adalah bahwa Bacillus sp Gram-positif. umumnya lebih efektif dalam mengkonversi bahan organik kembali ke CO2 dari G-negatif bakteri yang dapat mengubah persentase lebih besar dari organik karbon untuk biomassa bakteri atau lendir.
Telah ditunjukkan eksperimen bahwa probiotik memang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Kemampuan organisme untuk keluar-tumbuh patogen untuk meningkatkan pertumbuhan belum ada efek samping.
Peran Bioinformatic dalam hal ini sangat penting. Bioinformatic memberikan data-data yang dapat digunakan untuk memeriksa kandungan bakteri-bakteri tersebut. Sifat gen dan perkembang biakannya akan mudah diteliti menggunakan bantuan bioinformatic.

Kesimpulan
Bioinformatic berperan untuk membantu meneliti tentang penggunaan probiotik. Probiotik sebagai alternatif untuk antibiotik dalam budidaya menjadi keharusan. Yang paling diteliti saat ini adalah bakteri probiotik Lactobacillus acidophilus, L. bulgarium, longum Bifidobacteria, dan B. infantis.

Nahhh..udaa tau kan sekarang pentingnya bioinformatic di perikanan... hehhehhe
Sampai ketemu lagi di posting berikutnyaa yaaa..

Bye bye . . . . .

Makasiii

Rabu, 14 Desember 2011

Jurnal SIG dan Penginderaan Jauh

Hallo Smua...
Apa kabar nich ???
Pasti baek2 aja kan...

Kali ini Rhesi punya info lho!!!!
Mau tau ? Mau tau ? Mau tau ? Mau tau ? Mau tau ?
Cek this out !!

SIG (Sistem Informasi Geografi) dan Penginderaan Jauh

Untuk lebih jelasnya , silahkan baca jurnal berikut yaa...


MAKARA, SAINS, VOL. 7, NO. 1, APRIL 2003
30
PENGGUNAAN METODE ANALISA EKOLOGI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EKOSISTEM PANTAI
Bangun Muljo Sukojo

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia

Abstrak
Sejalan dengan pembangunan yang sedang dan sudah dilakukan di seluruh wilayah pantai Indonesia maka kerusakan pantai dari hari ke hari semakin terasa akibatnya. Penurunan kualitas lingkungan atau ekosistem makin terasa dan juga berdampak baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap segi-segi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan data atau informasi yang dapat melihat secara tepat sejauh mana tingkat penurunan kualitas tersebut dan bagaimana penanganan selanjutnya. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah teknologi yang berbasiskan komputer yang dikenal sebagai Sistem Informasi Geografis. Teknologi ini dapat melakukan pekerjaan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data atau informasi yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari lapangan. Data yang diperoleh dapat dikatakan aseptable dengan validitas tinggi sehingga sebelum diakuisasi dapat dilakukan analisis ekologi dan teknologi penginderaan jauh terlebih dahulu.

1.      Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari 13.700 pulau danmemiliki luas 1.919.443 km2 memanjang sepanjang 5.000 km dari Barat ke Timur dan 1.700 km dari Utara ke Selatan. Letak geografis Indonesia antara 95º BT sampai dengan 141º BT dan antara 6º LU sampai dengan 11º LS. Pulau Jawa adalah pulau yang sangat penting bagi Indonesia. Jika dilihat luasnya maka relatif sangat kecil yaitu sekitar 13,22 juta hektar atau hanya sekitar 7 % dari seluruh wilayah Indonesia, tetapi pulau ini dihuni oleh 60 % penduduk
Indonesia sebanyak 120 juta jiwa [1]. Berdasarkan keadaan tersebut maka tekanan terhadap linkungan yang dialami pulau Jawa akibat aktivitas kehidupan manusia tentu sangat berat. Lingkungan yang merasakan dampak tersebut terutama lingkungan di daerah pesisir, mengingat daerah tersebut paling mudah untuk dieksploitasi dan dapat dilakukan budidaya pertanian atau perikanan. Perkembangan dalam dekade terakhir memperlihatkan bahwa penggunaan lahan di
daerah pesisir bukan hanya untuk pertanian atau perikanan saja tetapi juga reklamasi lahan untuk daerah penambakkan udang yang intensif, bangunan untuk industri dan pemukiman. Kondisi kerusakan lingkungan untuk kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta dan Surabaya sudah terjadi sangat parah. Hal ini disebabkan pengembangan dan pengelolaan pantai sangat tidak terintegrasi dan tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup memadai tentang pengelolaan wilayah pantai yang secara ekosistem sangat fragile terhadap perubahan internal maupun eksternal. Wilayah pantai merupakan merupakan daerah transisi dari daratan ke lautan yang relatif belum stabil. Untuk perencanaan dan pengelolaan daerah pesisir yang lebih baik, maka para pengambil keputusan membutuhkan data yang teliti, lengkap, aktual dan mudah diintegrasikan dengan data yang lain. Hal ini dapat dipenuhi oleh data atau informasi yang berasal dari Sistem Informasi Geografis melalui analisis ekologi dan penginderaan jauh.

2. Metode Penelitian
Sistem Informasi Geografis/SIG sudah cukup lama dikenal sejak awal tahun 1960 di Kanada dan Amerika Serikat, yang saat itu banyak digunakan untuk keperluan Land Information System. Saat ini SIG sudah banyak digunakan untuk keperluan lain seperti pengembangan wilayah, perpetaan, lingkungan dan sebagainya. SIG mulai dimanfaatkan di Indonesia pada awal tahun 1980 terutama dalam pembuatan peta, pengelolaan wilayah, analisis lingkungan dan agraria. Teknologi ini pada dasarnya memiliki ciri dapat memasukkan, menyimpan, mengolah dan menyajikan data dalam suatu sistem komputer, dengan data dapat berupa gambar maupun tulisan atau angka. SIG ini tidak akan berarti apabila lima komponen (perangkat keras, perangkat lunak, data, pelaksana dan prosedur) pembentuk sistem ini tidak terpenuhi, dengan demikian komponen-komponen tersebut satu sama lain harus benar-benar dapat terpenuhi kriterianya. Khusus untuk komponen data, data tersebut harus benar-benar sesuai dengan ketentuan yang berarti harus teliti, lengkap, aktual dan benar. Data seperti yang dimaksud di atas atau data dengan validitas yang bagus dapat diperoleh melalui prosedur atau metode pengambilan dan pengolahan data yang benar sesuai dengan kreteria yang telah ditetapkan.
Ada 2 metode untuk menganalisis data lapangan yang dapat digunakan yakni cara analitik dengan menggunakan metode statistik dan cara grafik dengan menggunakan metode penginderaan jauh [2]. Pemrosesan citra yang dilakukan sebagai berikut [3]:
1. Perbaikan kontras.
Perbaikan dilakukan terhadap masing-masing band (XS-1, XS-2, XS-3). Perbaikan kontras dilakukan dengan metode linier dan eksponensial. Perbaikan kontras (contrast stretching) tidak berpengaruh terhadap nilai asli dari citra.
2. Penyusunan komposit Red-Green-Blue.
Komposit yang disusun dari band-band (XS-1, XS-2, XS-3) dengan tampilan visual kekontrasan terbaik. Kekontrasan komposit RGB diperbaiki secara keseluruhan dengan mengubah kekontrasan masing-masing band tunggal penyusunnya.
3. Klasifikasi
Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan dua band (XS-2 dan XS-3) dengan metode histogram bidimensional.
4. Koreksi geometrik.
Koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan metode overlay (tumpang susun) antara hasil citra terklasifikasi dengan peta topografi.
Analisis statistik dilakukan dengan tujuan mencari hubungan antara species (jenis) mangrove berdasarkan karakter vegetasi, ciri-ciri fisika dan kimia ekosistem (yang diwakili oleh temperatur, pH, kandungan Cl, suspended solid SS, BOD, COD dan salinitas) baik saat pasang maupun surut, sedangkan untuk tanah digunakan parameter granulometri, salinitas dan NaCl. Analisis statistik dibagi menjadi dua bagian, pertama melalui prosedur untuk mengeliminasi autokorelasi antar variabel dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis/ PCA). Analisis PCA akanmentransformasikan variabel-variabel ke suatu set variabel baru yang dapat menjelaskan keragaman data dengan jumlah yang lebih sedikit. Bagian kedua berupa analisis statistik untuk penyusunan model.

3. Hasil dan Pembahasan

Studi kasus dilakukan terhadap daerah pantai timur Kabupaten Sidoarjo, yaitu daerah antara sungai Ketingan di sebelah Utara dan sungai Porong di sebelah Selatan [4]. Vegetasi yang ada di daerah tersebut merupakan vegetasi pesisir atau pantai dengan 8 (delapan) keluarga yaitu Rhizophorazeae, Sonneratiaceae, Acanthaceae, Verbenaceae, Palmae, Pipilionaceae, Sterculaceae, Euphorbiaceae
dan beberapa keluarga tambahan seperti Meliaceae, Myrsinaceae, Cyperaceae, Gramineae, Compositae, Malvaceae dan Combretaceae seperti terlihat lebih terperinci pada Tabel 1.
Berdasarkan ekologinya, vegetasi yang ada di daerah tersebut dibatasi oleh zonasi yang mengacu pada garis pantai seperti yang ditampilkan dalam Tabel 2. Struktur vegetasi di daerah tersebut dianalisis secara statistik berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, sehingga dapat diketahui korelasi (hubungan) antara spesies yang ada seperti ditampilkan dalam Tabel 3. Tabel tersebut memperlihatkan adanya beberapa spesies yang erat hubungan ekologinya seperti Sonneratia alba JE Smith dengan Avicennia alba BL. (0,51) atau yang tidak rapat hubungannya seperti Sonneratia alba JE Smith dengan Rhizophora apiculata BL. (0,09).

Tabel 1. Vegetasi Penyusun Ekosistem
No Spesies Keluarga Nama Lokal
1. Acanthus ilicifolius L. Acanthacea Jrujon
2. Aegiceras corniculatum L.Blanco Myrsinaceae Gedangan
3. Avicennia alba L. Verbenacea Api-api
4. Bruguiera cylindrica L. Rhizophorazeae Tanjang
5. Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk Rhizophorazeae Tancang
6. Derris heterophylla (Wild) Back Pipilionaceae Gadelan
7. Exoecaria agallocha L Euphorbiaceae Getah
8. Heritiera littoralis Dryand Sterculaceae Dungun
9. Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Waru
10. Nypa fruticans Wurmb. Palmae Daun
11. Pluchea indica Compositae Beluntas
12. Rhizophora apiculata Bl. Rhizophorazeae Bakau kacang
13. Sonneratia alba J.E.Smith Sonneratiaceae Bogem
14. Terminalia catappa L. Combretaceae Ketapang
15. Xylocarpus granatum Koen Meliaceae Nyirih

Tabel 2. Zonasi Ekologi
No Zonasi Spesies
1. Depan Sonneratia alba J.E.Smith, Avicennia alba L., Acanthus ilicifolius L.
2. Tengah Avicennia alba L., Rhizophora apiculata Bl., Bruguiera cylindrica L.
Bruguiera cylindrica L.
3. Belakang Bruguiera cylindrica L., Bruguiera cylindrica L., Aegiceras corniculatum L.Blanco,
Derris heterophylla (Wild) Back, Heritiera littoralis Dryand, Hibiscus tiliaceus L.,
Pluchea indica, Nypa fruticans Wurmb.. Terminalia catappa L., Xylocarpus granatum
Koen

Tabel 3. Korelasi Struktur Vegetasi
Species SA AA RA BC BC HL NF
Sonneratia alba JE Smith. 1,00 0,51 0,09 -0,54 -0,13 -0,27 -0,13
Avicennia alba BL. 0,51 1,00 0,38 -0,43 -0,34 -0,42 0,20
Rhizophora apiculata BL. 0,09 0,38 1,00 -0,10 0,56 0,29 0,24
Bruguiera cylindrical (L.) BL. - 0,54 - 0,43 - 0,10 1,00 - 0,07 0,67 0,17
Bruguiera gymnorrhiza .Lamk - 0,13 - 0,34 0,56 - 0,07 1,00 0,40 0,04
Heritiera littoralis Dryand - 0,27 - 0,42 0,29 0,67 0,40 1,00 0,42
Nypa fruticans Wurmb - 0,13 0,20 0,24 0,17 0,04 0,42 1,00

Tabel 4. Korelasi Parameter Ekosistem
X Y T pH Cl SS Sal.
X 1,00 -0,56 -0,42 -0,79 0,24 0,93 0,51
Y -0,56 1,00 0,97 0,67 0,62 -0,22 -1,00
Temperatur (T) -0,42 0,97 1,00 -0,10 0,56 0,29 0,24
pH - 0,79 0,67 - 0,10 1,00 - 0,07 0,67 0,17
Kandungan Cl 0,24 0,62 0,56 - 0,07 1,00 0,40 0,04
Suspended Solid (SS) 0,93 - 0,22 0,29 0,67 0,40 1,00 0,98
Salinitas (Sal.) 0,51 -1,00 0,24 0,17 0,04 0,98 1,00

Tabel 5. Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh
Klas Nama Efektivitas (pixels) Luas (ha) %
0123456789
10
Tidak terklasifikasi
Avicennia
Mangrove campur
Mangrove rusak
Semak-belukar
Tambak
Tanah kosong
Sedimen
Sawah
Desa
Sungai
62.793
2.198
7.472
46.122
24.170
104.019
1.078
8.133
2.879
2.164
1.116
2.511,7
87,9
298,9
1.844,9
966,8
4.160,8
43,1
325,3
115,2
86,6
44,6
23,95
0,84
2,85
17,59
9,22
39,68
0,41
3,10
1,10
0,83
0,43
Jumlah 262.144 10.485,8 100

Untuk menganalisis ekosistem daerah tersebut terdapat dua faktor yang sangat dominan yaitu tanah dan air, selain itu terdapat pula beberapa faktor lain yang bersifat fisik seperti pengaruh pasang-surut, angin dan sebagainya dan faktor lain yang bersifat non fisik seperti sosial, ekonomi, budaya dan lainnya. Parameter yang digunakan untuk analisis air antara lain temperatur (T), pH, kandungan Cl, suspended solid (SS) dan salinitas (Sal.), baik saat kondisi surut maupun pasang, sedangkan untuk tanah digunakan parameter granulometri, salinitas dan NaCl.
Kondisi ekologi daerah tersebut sangat mempengaruhi kondisi struktur vegetasi yang ada seperti terlihat pada salah satu hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis juga yang tertuang pada Tabel 4. Dua plot sampel yang mempunyai korelasi paling baik sebesar (0,56) digunakan pada Tabel 5. Korelasi paling erat atau sangat berpengaruh adalah pH saat air laut pasang (0,79) dan saat air laut surut (0,98). Hasil analisis otomatik dengan metode penginderaan jauh, dapat digunakan untuk menganalisis vegetasi, struktur, sonasi dan ekologi wilayah pantai tersebut, tetapi sebagai contoh akan disajikan hasil sonasi, struktur dan kondisi saat penelitian Sonasi dapat terlihat secara visual dari hasil analisis klasifikasi penginderaan jauh. Sonasi pada Gambar 1 memperlihatkan adanya perbedaan antara formasi vegetasi yang di bagian depan, tengah dan belakang.

Tabel 6. Database Sistem Informasi Geografis
No Format Data/informasi
1. Grafik Citra klasifikasi : struktur, sonasi dan kondisi vegetasi
Peta dilinisiasi : peta topografi, peta thematik (tanah, vegetasi, ekologi, pengembangan,
perencanaan, pengelolaan, potensi dan sebagainya)
2. Alfanumerik Karakter air : PH, Salinitas, Temperatur, BOD,COD dan sebagainya
Karakter tanah : Salinitas, Granulometri, PH dan sebagainya
Vegetasi : jenis, struktur, sonasi, formasi dan sebagainya
Statistik : penduduk, luas, kerusakan dan sebagainya
Geografis : posisi, perencanaan dan sebagainya

Struktur vegetasi secara grafis dan secara analitis dapat diketahui dari gambar dan analisis yang diperoleh dari hasil pengolahan citra penginderaan jauh seperti disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 5. Gambar dan tabel tersebut memperlihatkan kerusakan mangrove yang ada di daerah tersebut, dengan hasil tersebut dapat dilakukan cara-cara untuk mengatasi masalah baik melalui penghijauan, konservasi dan lain sebagainya. Perencanaan tempat dan luasan yang harus direhabilitasi dapat terlihat dengan jelas baik secara visual melalui gambar maupun tabel. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dapat dibuat database dari SIG wilayah pantai yang terdiri atas beberapa parameter seperti pada Tabel 6.

4. Kesimpulan
Metode SIG dapat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat dilakukan dengan baik dan terarah serta dapat menghindari eksploitasi yang tidak terkendali.
Penelitian yang lebih mendalam tentang metode SIG yang ditawarkan masih sangat luas dan belum sempurna mengingat setiap kasus yang dihadapi dapat menimbulkan permasalahan baru yang dapat menimbulkan pemikiran dan teknik-teknik tertentu. Penggabungan disiplin ilmu pengetahuan sangat memungkinkan dan sangat diperlukan dalam pengembangan SIG, mengingat kehandalan dari SIG sangat ditentukan oleh data dan informasi yang diperoleh dari pakar yang benar-benar mengetahui bidang ilmu tersebut. SIG juga memungkinkan untuk mengintegrasikan semua disiplin ilmu dalam suatu
sistem yang terkoordinasi.

Daftar Acuan
[1] Hartono, B. Muljo Sukojo, Monitoring Mangrove Disappearance by Remote Sensing: A Case Study in Surabaya,
East Java Indonesia. The Indonesia Journal of Geography, 1991.
[2] T.M. Lillesand, R.W. Kiefer, Penginderaan Jarak Jauh dan Interpretasi Citra. Gajahmada University Press,
Yogyakarta, 1990.
[3] W. R. Dillon, M. Goldsten. Multivariate Analysis, Methods and Applications. John Wiley and Sons. Inc, New
York, 1984.
[4] Bangun Muljo Sukojo, Analyse Ecologique Des Mangroves de Java (Indonesie) et Cartograhie Par Teledetection
Satellitaire, These Universite Toulouse 3, 1991.

Wauww...
panjang bener yaa jurnalnyaaa.....

Untuk lebih mudah memahaminya,
ini Rhesi buatin ringkasannya..
yuukkk kita bacaa.......

Berikut Ringkasan Jurnal SIG dan Penginderaan Jauh di Dunia Perikanan :

PENGGUNAAN METODE ANALISA EKOLOGI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EKOSISTEM PANTAI
Oleh : Bangun Muljo Sukojo



Indonesia terletak di antara dua Benua dan dua Samudra, posisi ini merupakan letak yang strategis di dunia.  Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, dimana sebagian besar wilayah di Indonesia adalah perairan. Potensi  Indonesia di dunia perikanan cukup besar, namun pengolahan nya belum maksimal. Pulau Jawa merupakan pulau yang sangat penting bagi Indonesia. Terdapat aktivitas yang padat, sehingga banyak lahan pertanian dan perikanan berkurang. Lahan tersebut digunakan untuk tambak dan pemukiman. Hal ini terjadi karena pengetahuan yang kurang tentang penggunaan potensi suatu wilayah. Untuk pengembangan dan perencanaan wilayah ini, maka diperlukan data yang aktual. Data tersebut dapat diperoleh dengan bantuan Sistem Informasi Geografis.
Berkaitan dengan penggunaan peta untuk membaca suatu potensi dari perwilayahan. Sistem Informasi Geografis(SIG) sudah cukup lama dikenal sejak awal tahun 1960 di Kanada dan Amerika Serikat, yang saat itu banyak digunakan untuk keperluan Land Information System. Teknologi ini pada dasarnya memiliki ciri dapat memasukkan, menyimpan, mengolah dan menyajikan data dalam suatu sistem komputer, dengan data dapat berupa gambar maupun tulisan atau angka. Komponen data harus benar-benar lengkap, aktual  dan teliti. Ada 2 metode untuk menganalisis data lapangan yang dapat digunakan yakni cara analitik dengan menggunakan metode statistik dan cara grafik dengan menggunakan metode penginderaan jauh. Analisis statistik dilakukan dengan tujuan mencari hubungan antara species (jenis) mangrove berdasarkan karakter vegetasi, ciri-ciri fisika dan kimia ekosistem (yang diwakili oleh temperatur, pH, kandungan Cl, suspended solid SS, BOD, COD dan salinitas) baik saat pasang maupun surut, sedangkan untuk tanah digunakan parameter granulometri, salinitas dan NaCl.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap daerah pantai timur Kabupaten Sidoarjo, yaitu daerah antara sungai Ketingan di sebelah Utara dan sungai Porong di sebelah Selatan, terdapat 8 keluarga vegetasi. Vegetasi tersebut adalah Rhizophorazeae, Sonneratiaceae, Acanthaceae, Verbenaceae, Palmae, Pipilionaceae, Sterculaceae, Euphorbiaceae. Dari data tersebut di analisis dan diketahui bahwa ada korelasi antara spesies yang erat hubungannya dengan ekologi.
Kesimpulan
Pengukuran menggunakan SIG sangat membantu dalam memperoleh data yang cepat dan aktual. Kemampuan ilmu sangat penting dikemangkan, karena dalam hubungan ini akan mempengaruhi system kerja SIG. kerja optimal SIG akan maksimal apabila data-data yang diperoleh merupakan informasi yang benar0benar dari pakar ahli.

Nahh,, udaa baca ringkasannya kan??
Sekarang uda jelas pastinya.
Apa itu SIG dan penggunaannya..
Trimakasih…